What Is Aging?

Both in the past and present, history’s greatest leaders have resorted to extreme measures to fight back father time itself. China’s first emperor, Shi Huang Di, allegedly drank methyl mercury daily…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Trust His Heart

Apa hal yang dapat menggantikan tempat Tuhan di hati lu?

Pertanyaan ini datang pertama kali dalam perenungan gue setelah Persekutuan Doa Sie Kelompok Kecil Kampus. Ini pertanyaan perenungan pribadi gue sendiri. Gue ambil waktu dan memikirkan ini sungguh-sungguh. Gue mempermudah dengan pertanyaan,

“Apa hal yang kalau Tuhan ambil mungkin akan bikin gue marah sama Tuhan bahkan ninggalin Tuhan?”

I am fine. Itu yang pertama kali terlintas di pikiran gue. Selayaknya orang Kristen sehat pada umumnya sepertinya gue memberikan segalanya buat Tuhan. Gue mikirin ini seharian, dan akhirnya menemukan jawabannya.

Mungkin, kalau Tuhan ngambil papa, mungkin, gue ga akan setia.

Papa itu segalanya buat gue. Tempat gue minta duit, tempat gue berkeluh kesah, tempat gue marah dan nangis. Gue bisa ngilangin kunci kamar dan telepon papa yang ada di pulau lain untuk nyariin kunci kamar gue. Gimana caranya? papa satu-satunya pribadi yang mampu menenangkan gue yang sangat emosional saat itu. Papa yang dengan ketenangannya meminta gue cari baik-baik kunci dan akhirnya ketemu. Papa yang selalu bilang:

“Ga ada satu orang pun yang sayang sama Inda, kaya papa sayang sama Inda.”

Iya, Papa. Gue duduk, diam, merenung dan akhirnya ngambil sebuah kesimpulan:

“Ga, Tuhan ga akan ambil papa kan? Lagian banyak hal yang harus papa lakukan Tuhan. Janganlah.”

Jawaban yang gue harap Tuhan iyakan.

Berselang beberapa hari papa datang. Gue menyambut papa dengan gembira. Gue meluk papa erat-erat dan mengulang kesimpulan gue sendiri.

Seminggu kemudian pertanyaan itu muncul kembali. Kali ini pada saat Pembinaan Pemimpin Kelompok Kecil. Gue terdiam di pojok ruangan. Kemudian berdoa dalam hati.

“Okay lah papa itu punya Tuhan, tapi Tuhan ga setega itu kan?”

Pulang pembinaan gue jalan-jalan sama papa yang kebetulan datang ke Jakarta. Gue ngelihat raut wajahnya yang terlihat terlalu capek. Gue megang tangan papa erat-erat, ngeliat papa dari mata coklatnya dan bilang “Semua masalah baik-baik aja kok Pa, papa tenang.” dalam hati gue bilang

“Tuhan ga akan ambil orang yang paling gue sayang ini kan?”

Seminggu kemudian pertanyaan ini muncul di jam 5 pagi, tanggal 2 Juni 2012. Gue megang erat-erat bola golf papa di tangan kiri, di tangan gue buku renungan yang baru gue beli. 2 barang ini yang akan jadi hadiah ulang tahun papa seminggu lagi. Papa punya hobby main golf dan beberapa hari sebelumnya papa minta dibeliin buku renungan yang baru. Kebetulan gue punya buku renungan yang baru buat setahun. Gue berdoa. Setelah selesai berdoa, gue menuju kamar mandi. Baru sampai pintu kamar mandi, gue kembali mengingat pertanyaan itu. Gue diam. Masuk kamar mandi dan duduk merenung lalu balik ke kamar. Duduk di tempat tidur dan berdoa.

“Tuhan, Tuhan udah nanya 3 kali, bagi Inda ini ga main-main. Tuhan, papa punya Tuhan. Inda punya Tuhan. Siapa inda? Ciptaan. Siapa Tuhan? Pencipta. Apa hak Inda untuk menentukan maunya Tuhan yang adalah pencipta? ga ada. Kalau Tuhan mau, terserah Tuhan tapi janji kan Inda satu hal, jangan pernah ninggalin Inda, sejahat apa pun Inda, senakal apapun Inda, semarah apa pun Tuhan sama Inda, jangan pernah ninggalin Inda.”

Jam 10 pagi, Tuhan mengambil papa. Gue baru di telepon jam 12. Gue masuk ke kamar. Mengunci diri, main lagu “Tiap Langkahku” di keyboard berkali-kali. Dan di tutup dengan doa.

“Tuhan, Tuhan udah lakuin apa yang Tuhan mau. Terima kasih sudah bertanya, setidaknya Tuhan sudah mempersiapkan Inda terlebih dahulu. Selanjutnya, Inda taruh dalam tangan Tuhan. Jangan lupa janji Tuhan yah.”

Pengalaman rohani yang akan gue ceritakan berkali-kali. Tuhan tuh baik banget. Dia nanya loh sebelum Dia ambil. Dia sayang sama gue. Gue yang salah, secara ga langsung men”tuhan”kan papa. Menggeser posisi Tuhan dengan papa.

Papa meninggal 1 minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 50. Papa ga pernah mengeluh sakit dan memang ga pernah sakit apa-apa. Papa tiba-tiba terkena serangan jantung ketika main golf. Pertolongan pertama ga berhasil mengembalikan nafas papa. Papa meninggal di tempat favoritnya, lapangan golf tanpa rasa sakit.

Balik ke lirik di atas, kadang kondisi membuat kita sulit mempercayai Tuhan. Pikiran kita yang jangka pendek beda sama Tuhan yang tahu dari dunia ini diciptakan sampai kepada kesudahannya. Percaya saja, Tuhan ga akan mengecewakan kita. Dia ga akan pernah ninggalin kita.

Tuhan memberkati! Terus percaya

Add a comment

Related posts:

Moving a ruby file in your Terminal

If you are just starting out in the terminal, like I am sometimes you just create your Ruby file in the wrong directory. I am always forgetting to change directory so my files end up being created in…

Simple question about bankruptcy?

What is the most minor(pettiest) form of bankruptcy one can file? Or, what kind of bankruptcy has the least negative affects on your credit? Even if it has to do with a teeny bopper unable to pay off…

IOST Ties Down Strategic Partnership with DappReview

The various Dapps built on IOST mainnet, Olympus v1.0 will be added to DappReview next week! DappReview will also launch an IOST Dapps ranking list. Users can access the IOST section on the…